Page 77 - InsideTax Edisi 21st (Capres: Menuju Tax Ratio 16 Persen)
P. 77

insidestoriette
                                                                                          PhP







                                                                                         Oleh: Wahyu Agung P.

                                                                    Dani menerawang jauh ke bawah.  Dari tempatnya
                                                                  duduk,  kota terlihat seperti lembah gelap penuh
                                                                    kunang-kunang.  Titik  cahaya tersebar, berpendar
                                                                     kuning dan merah. Di sudut lain, beberapa pelayan
                                                                      merapikan deretan kursi yang telah kosong. Batas
                                                                       waktu pemesanan terakhir memang telah lewat.
                                                                       Lagipula, tidak banyak pengunjung yang datang.
                                                                        Dani berdiri, melangkah  meninggalkan  meja;
                                                                        tempat gelas minumnya yang telah kosong dan
                                                                         setangkai mawar merah tergeletak.

                                                                                             ***
                                                                             Tiga orang perwakilan perusahaan  telah
                                                                          duduk di  ruangan.  Mereka adalah  Pak  Ora,
                                                                          kepala bagian pajak, ditemani dua orang
                                                                          stafnya, Seno dan Santi; rambut panjang
                                                                          terurai, memakai rok span selutut dan kemeja
                                                                          warna putih.
                                                                             Dani melirik jam tangan.
                                                                            “Bagaimana kalau pembahasan kita mulai
                                                                         besok saja, Pak?” ujarnya kemudian.

                                                                           Pak  Ora setuju. Hari  memang  telah  sore
                                                                        saat mereka datang. Selain itu, perjalanan dari
                                                                       Jakarta ke kota ini cukup melelahkan.
                                                                                Hari berganti.
                                                                       Dani memulainya dengan lari pagi. Kali ini menuju
                                                                   tengah  kota;  tempat pasar  tradisional bersanding
                                                                  dengan kapitalisme yang tumbuh malu-malu.
                                                                         Dani mempercepat larinya. Ia melihat seorang
                                                              wanita dengan jaket olahraga biru muda lari di depannya.
                                                            Tidak biasanya ada orang berlari sepagi ini, batin Dani. Saat
                                                          ia berada di sampingnya, wanita itu menoleh.
                                                         “Pak Dani?” seru wanita itu.

                                                                     Ia berhenti. Dani juga.
                                                                     “Hai! Santi, kan?” sapa Dani ramah.
                                                                     Santi mengangguk.
                                                                     “Hobi lari juga, ya?”
                                   WAhyU AGUNG P.                    Santi tersenyum. Beberapa butir keringat yang
                                                                  membasahi pipi putihnya terjatuh.
                                     Saat ini bekerja di
                                   Kantor Pelayanan Pajak            “Mumpung lagi tugas di sini,” jawabnya kemudian.
                                  Metro, Lampung. Tulisan         “Kalo di Jakarta gak mungkin bisa lari pagi-pagi gini.”
                                     ini terpilih menjadi
                                   pemenang “Sayembara               Kali ini Dani yang tersenyum.
                                    Mengarang Cerpen                 “Yuk lari bareng?”
                                      Pajak” edisi 20.
                                                                     Santi  mengangguk   gembira.  Sinar  mentari
                                                                  menerobos sela-sela  daun.  Sinarnya menerpa dua
                                                                  insan yang  kini berlari beriringan.  Mereka mungkin
                                                                  tidak pernah menduga hari itu akan menjadi hari yang


                                                                                           InsideTax | Edisi 21 | Juli 2014 77
   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82