Page 22 - InsideTax Edisi Khusus 40th (Outlook & Tantangan Sektor Pajak 2019 - Berebut Suara Wajib Pajak)
P. 22
Outlook Pajak 2019
Refleksi 2018: Titik Balik akhir 2015, amnesti pajak 2016- alasan relatif tingginya nilai
2017, ataupun PAS FINAL di tambah, keterkaitan dengan sektor
Pada awalnya terdapat suatu penghujung 2017. lainnya (backward and forward
kekhawatiran bahwa shortfall linkage), dan serapan tenaga kerja
tahun 2018 akan lebih dari Rp200 Ada beberapa dugaan atas hal yang besar, kedua sektor tersebut
triliun. Hal ini mengingat gap ini yang bisa digolongkan dalam juga bukan dikategorikan sebagai
yang besar antara realisasi 2017 dua hal: situasi ekonomi dan hard to tax sector, tidak seperti
sebesar Rp1.151 triliun dan target pajak. Pertama, dari situasi sektor jasa maupun pertanian.
2018 sebesar Rp1.424 triliun, ekonomi. Pada tahun ini kinerja
yang menyertakan harapan adanya industri manufaktur dan sektor Konsumsi rumah tangga dan
pertumbuhan penerimaan pajak pertambangan relatif moncer. pemerintah juga memiliki
sebesar 23,7% di tahun ini. Suatu Dari data BPS, hingga triwulan pertumbuhan yang positif sekitar
angka yang ambisius mengingat III-2018 beberapa sektor pada 5,3% atau lebih besar dari
selama 2015 hingga 2017 industri pengolahan terutama non- pertumbuhan rata-rata. Demikian
pertumbuhan penerimaan pajak migas mencatatkan pertumbuhan pula dengan kinerja perdagangan
secara nominal hanya di kisaran yang lebih besar dari rata-rata internasional, terutama di
5-6%. pertumbuhan nasional. Ini misalkan semester pertama 2018. Seluruh
dapat dilihat pada industri tekstil hal tersebut tercermin dalam
Menariknya, kinerja pertumbuhan dan pakaian serta makanan dan pertumbuhan penerimaan terutama
yoy setiap bulan perkasa di minuman. Di sisi lain, geliat dari PPN Dalam Negeri, PPN
angka 15-16% bahkan semenjak ekspor beberapa komoditas juga Impor, dan PPh Non-Migas.
awal tahun. Inilah yang agaknya berkontribusi pada kinerja dunia
membuat pemerintah -tidak usaha pertambangan. Kedua, dari situasi pajak. Jika
seperti tahun-tahun sebelumnya- dibandingkan dengan periode
enggan mengajukan revisi APBN 2015-2017, tahun 2018 secara
Perubahan 2018. Walau demikian, umum ditandai dengan adanya
distribusi penerimaan bulanan kestabilan sistem pajak
masih berada dalam pola dan ‘tone’ keberpihakan
yang sama dengan tahun- pemerintah pada wajib
tahun sebelumnya. Pada pajak. Situasi yang stabil,
periode Januari hingga tidak terlalu agresif, dan
September umumnya predictable membuat
terdapat kontribusi dunia usaha relatif
sebesar 5-6% dari mampu mengelola
total penerimaan, bisnis lebih baik.
kecuali pada Maret
dan April yang Pemerintah, walaupun
kontribusinya bisa belum optimal dan
mencapai 7% seiring menyentuh hal-hal
dengan penyampaian substansial, juga mulai
SPT tahunan. Dalam membenahi sistem
tiga bulan terakhir pajak yang sifatnya tidak
umumnya berkontribusi mengubah undang-undang.
antara 8 hingga 12% Selain itu, pemerintah
terhadap total target. disibukkan dengan berbagai
stimulus fiskal untuk mendandani
Kinerja yang dialami di 2018 kinerja makroekonomi, contohnya
serupa dengan pola pertumbuhan saja mengenai insentif atas Devisa
penerimaan pajak 2004-2014 Hasil Ekspor (DHE), wacana
atau bisa dibilang titik balik. Menariknya, kedua sektor penyelarasan pajak atas instrumen
Pertanyaannya, apa yang menjadi tersebut -ditambah dengan sektor keuangan, dan sebagainya.
penyebabnya? Padahal 2018 perdagangan besar- adalah tiga
relatif tidak terlalu ‘gaduh’ kontributor utama penerimaan Aspek transparansi di sektor
dengan terobosan besar dalam pajak Indonesia. Elastisitas pajak juga semakin terbuka dan
menggenjot target jangka pendek pertumbuhan sektoral terhadap merupakan salah satu elemen yang
dan meningkatkan kepatuhan. pertumbuhan penerimaan positif. Akses informasi keuangan
Bandingkan misalkan dengan sektoralnya cenderung baik dan dari lembaga dalam negeri
program obral insentif pajak di tax gap juga rendah. Selain karena yang dimulai pada bulan April,
22 INSIDETAX